Tchuus study to Jerman (TIPS)
Studi di Jerman
Globalisasi telah menjadi realita yang mau tidak mau harus kita
terima. Perkembangan dunia saat ini dan di masa-masa mendatang pun tidak
terlepas dari pengaruh ini. Salah satu cirinya adalah semakin mengingkatnya
persaingan antar negara, wilayah dan bahkan antar individu. Mereka yang
terbaiklah yang akan menang.
Oleh karena itu, setiap orang harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya supaya tetap bisa mengikuti perkembangan jaman. Tidak diragukan lagi, pendidikan adalah investasi terbaik untuk itu.
Mengapa Studi di Jerman ?
Animo masyarakat Indonesia untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri sangatlah besar. Hal ini bisa dilihat dari gencarnya lembaga-lembaga pendidikan asing melakukan promosi secara rutin, baik melalui media massa maupun melalui Expo pendidikan.
Jerman adalah salah satu negara tujuan yang cukup diminati calon mahasiswa dari Indonesia. Saat ini tercatat ribuan mahasiswa asal Indonesia (yang terdaftar di Perwakilan RI) yang sedang belajar di universitas-universitas di Jerman.
Mengapa banyak orang ingin sekolah ke Jerman? Setiap orang tentu memiliki alasan sendiri-sendiri. Akan tetapi setidaknya ada alasan penting, diantaranya:
1. Jerman
adalah salah satu negara paling maju di dunia. Ekonomi Jerman (dilihat dari Produk
Domestik Brutto) menduduki peringkat ke-3 setelah Amerika Serikat dan Jepang.
2. Kualitas
pendidikan dan penelitian yang sangat baik. Kemajuan ekonomi Jerman (dan juga
Jepang), khususnya setelah perang dunia ke-2, tentunya tidak bisa dilepaskan
dari kualitas pendidikan mereka.
3. Biaya
pendidikan yang relatif murah. Pemerintah dan masyarakat Jerman menganut sistem
sosial demokrat yang menjamin semua warganya untuk mendapatkan pendidikan dan
penghidupan yang layak. Pendidikan merupakan hak setiap warganya, sehingga
pemerintah Jerman menanggung hampir seluruh pembiayaan untuk itu. Pendidikan
dari jenjang sekolah dasar sampai dengan jenjang program doktor bisa dikatakan
gratis, baik untuk warga negara Jerman maupun untuk orang asing yang belajar di
Jerman. Kalaupun ada beaya yang dipungut dari mahasiswa, jumlahnya sangat kecil
(jauh lebih kecil dibandingkan dengan biaya kuliah di Indonesia sekalipun).
Program Studi yang
ditawarkan
Pada bagian ini akan disajikan jurusan-jurusan dan bidang
keahlian yang ditawarkan oleh UNI dan FH di Jerman. Semua institusi akan
dituliskan sesuai abjadnya. Urusan masing-masing berdasarkan kualitasnya tidak
bisa disajikan disini, karena sifatnya sangat subjektif tergantung kriteria dan
lembaga pengujinya. Bagi yang berkeinginan untuk mengetahui kualitas
masing-masing, pembaca disarankan untuk melihat salah satunya di www.che.de
Program Internasional
Sejak beberapa tahun terakhir ini telah banyak universitas di Jerman yang membuka program internasional, khususnya untuk program magister (S2). Dalam program ini perkuliahan diberikan dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu bagi calon mahasiswa disyaratkan untuk mampu berbahasa Inggris.
Program internasional (biasanya untuk program magister) telah banyak dibuka oleh universitas-universitas di Jerman dan hingga saat ini jumlahnya masih terus bertambah. Para calon mahasiswa yang berminat mengambil program internasional bisa menghubungi DAAD-Jerman atau DAAD-Jakarta untuk mendapatkan informasi aktual tentang program ini. Beberapa program internasional yang ditawarkan univeritas di Jerman bisa anda lihat pada tabel berikut :
·
Pertanian, Kehutanan dan Pengembangan Wilayah
·
Ilmu Komputer
·
Ekonomi dan Hukum
·
Lingkungan
·
Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat
·
Matematika dan IPA
·
Seni
·
Sosial Budaya dan Psikologi
·
Teknik
Perlu diingat bahwa program internasional yang ditawarkan oleh banyak perguruan tinggi di Jerman sangatlah dinamis. Jumlah yang ada bisa bertambah atau berkurang. Karena itu informasi aktual tentang program internasional harap dicek ke univeritas yang bersangkutan atau ke DAAD.
Mengingat banyaknya program studi yang ditawarkan oleh perguruan tinggi di Jerman, bagi anda yang membutuhkan informasi ini bisa lihat daftarnya di website DAAD.
Lembaga Riset di
Jerman
Ilmu dan Teknologi menempati posisi yang sangat strategis dalam kehidupan modern saat ini. Kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa tidak lagi ditentukan oleh kekayaan alam yang dimiliki, tetapi oleh keberhasilannya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilannya dalam melakukan terobosan dan inovasi. Oleh karenanya, research and development memegang peranan yang sangat strategis.
Ilmu dan Teknologi menempati posisi yang sangat strategis dalam kehidupan modern saat ini. Kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa tidak lagi ditentukan oleh kekayaan alam yang dimiliki, tetapi oleh keberhasilannya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilannya dalam melakukan terobosan dan inovasi. Oleh karenanya, research and development memegang peranan yang sangat strategis.
Oleh karenanya, Republik Federal Jerman sangat mendukung pengembangan riset melalui lembaga-lembaga riset dalam berbagai bidang yang tersebar di seluruh wilayah Jerman. Keberadaan lembaga-lembaga ini dengan mudah bisa dibaca di internet, dan beberapa diantaranya adalah:
Max-Plank Institute (MPI)
MPI terdiri dari sekumpulan lembaga penelitian yang bergerak dalam bidang ilmu alam, biologi, ilmu sosial dan humaniora. Lembaga-lembaga tersebut melakukan penelitian-penelitian yang bersifat interdisipliner, yang karena kekomplekannya sehingga sulit mendapatkan tempat atau bebelum dilakukan di universitas. Meskipun demikian, dalam banyak hal MPI juga melakukan kerjasama penelitian dengan universitas-universitas yang ada di Jerman.
MPI memiliki posisi yang sangat tinggi diantara lembaga-lembaga penelitian yang ada, baik di Jerman maupun di dunia internasional. Sejauh ini MPI paling tidak telah menghasilkan lebih dari delapan pemenang nobel karena keberhasilannya dalam melakukan terobosan penelitian. Keberhasilan MPI dipengaruhi setidaknya oleh dua hal utama, yaitu: pertama, pengakuan internasional atas hasil-hasil penelitian yang dihasilkan di lingkungan MPI dan kedua, karena keberadaan dana penelitian yang memadai secara kontinu. (Laporan MPI, 1999).
Disamping menjalin kerjasama dalam negeri Jerman, MPI juga menjalin kerjasama erat dengan berbagai lembaga dari seluruh penjuru dunia. Selain itu, MPI juga berperan aktif dalam melakukan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi melalui berbagai cara, diantaranya:
1. Setiap
tahun peneliti-peneliti MPI menerbitkan lebih dari 12.000 artikel alam bentuk
journal, buku maupun bank data pada journal-journal serta penerbit ternama di
dunia.
2. Di
lingkungan MPI bekerja lebih dari 9000 peneliti dan ilmuwan muda dari berbagai
Negara serta berbagai bidang penelitian yang nantinya akan menempati posisi
strategis di negara masing-masing.
3. Penemuan-penemuan
terbaru di MPI seringkali dihasilkan dari kerjasama yang erat dengan dunia
Industri, serta menghasilkan banyak paten dan lisensi dari perusahaan-perusahaan.
Saai ini MPI membawahi 80 institut, pusat penelitian serta
kelompok studi yang tersebar di seluruh Jerman. Informasi lebih detail tentang
institut-institut tersebut bisa dibaca pada website www.mpg.de/portal/index.html
Fraunhofer Institute (FI)
Fraunhofer Institute (FI) adalah satu perusahaan jasa yang menawarkan keahlian serta kemampuan ilmiahnya ke dunia usaha dalam rangka pengembangan research and development. FI melakukan riset-riset terapan melalui system kontrak kerja, bekerjasama dengan insustri, perusahaan jasa maupun administrasi public.
Fraunhofer Institute (FI) adalah satu perusahaan jasa yang menawarkan keahlian serta kemampuan ilmiahnya ke dunia usaha dalam rangka pengembangan research and development. FI melakukan riset-riset terapan melalui system kontrak kerja, bekerjasama dengan insustri, perusahaan jasa maupun administrasi public.
Saat ini FI membawahi 80 unit penelitian yang terdiri dari 57 Fraunhofer Institute yang tersebar di 40 kota di seluruh wilayah Jerman. Di dalamnya terlibat lebih dari 12.700 insinyur dan tenaga ahli berkualitas lainnya dengan budget penelitian tahunan lebih dari satu milyard Euro. Lebih dari 900 juta Euro diantaranya dihasilkan dari kontrak riset dengan berbagai lembaga maupun dunia industri, sedangkan sisanya diperoleh dari pemerintah federal maupun Negara bagian.
FI juga sangat aktif dalam melakukan kerjasama internasional. Cabang-cabang FI di luar negeri tersebar di Eropa, Amerika maupun Asia dan melakukan kontak penelitian dengan pemerintah dan industri di region masing-masing.
Informasi lebih lanjut tentang institut-institut dan lembaga di bawah Fraunhofer Institut bisa dibaca diwww.fraunhofer.de:80/fhg/EN/profile/alphabetical/index.jsp
Gesellschaft für Biotechnologische Forschung (GBF)
GBF adalah satu lembaga riset bioteknologi yang khusus melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah infeksi dan obat-obatan. Lembaga ini termasuk satu diantara lembaga penelitian paling besar yang ada di Jerman.
GBF menjalin kerjasama erat dengan universitas, khususnya dengan TU Braunschweig dan Sekolah Kedokteran (Medizinische Hochschule) Hannover. Kerjasama GBF dengan kedua universitas tersebut memberikan kesempatan kepada mahasiswa dan ilmuwan, baik dari Jerman maupun dari negara lainnya, untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan terbaik dari GBF.
GBF adalah satu lembaga riset bioteknologi yang khusus melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah infeksi dan obat-obatan. Lembaga ini termasuk satu diantara lembaga penelitian paling besar yang ada di Jerman.
GBF menjalin kerjasama erat dengan universitas, khususnya dengan TU Braunschweig dan Sekolah Kedokteran (Medizinische Hochschule) Hannover. Kerjasama GBF dengan kedua universitas tersebut memberikan kesempatan kepada mahasiswa dan ilmuwan, baik dari Jerman maupun dari negara lainnya, untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan terbaik dari GBF.
Saat ini tercatat lebih dari 600 staf yang bekerja di lingkungan GBF. Selain itu, GBF juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan praktikum, melakukan penelitian Diplom maupun disertasinya di lingkungan GBF. Dengan demikian, para mahasiswa tersebut akan sekaligus mengenal dunia penelitian secara lebih dekat.
Informasi lebih lengkap tentang GBF bisa dibaca di www.gbf.de
Informasi Bagi Calon
Mahasiswa
Pada bagian ini anda akan menemukan gambaran singkat tentang
persiapan-persiapan dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk bisa
melanjutkan studi di Jerman.
Informasi Umum
Secara umum semua calon mahasiswa asing yang akan melanjutkan studi di Jerman diharuskan menyiapkan hal-hal penting sebagai berikut:
Secara umum semua calon mahasiswa asing yang akan melanjutkan studi di Jerman diharuskan menyiapkan hal-hal penting sebagai berikut:
1. Persiapan
Bahasa Jerman. Bahasa Jerman mutlak diperlukan karena komunikasi sehari-hari
bisa dikatakan 100% menggunakan Bahasa Jerman. Bahasa Inggris memang bisa
digunakan, tetapi bagaimanapun Bahasa Jerman tidak bisa ditinggalkan. Kalaupun
seseorang akan mengambil program berbahasa Inggris, tetap saja kepadanya sangat
dianjurkan untuk menguasai Bahasa Jerman, paling tidak untuk komunikasi
sehari-hari. Tanpa penguasaan Bahasa Jerman yang memadai, kehidupan sehari-hari
akan terasa sulit dan dikhawatirkan bisa mempengaruhi prestasi belajar
nantinya.
2. Dokumen-dokumen
Penting. Beberapa dokumen penting yang harus dipersiapkan diantaranya adalah Akte
Kelahiran, Ijazah dari SD-SMP-SMA dan juga Ijazah Sarjana beserta fotocopy yang
telah dilegalisir. Dokumen ini mohon disiapkan dalam jumlah yang cukup banyak,
karena semua UNI dan FH mensyaratkan dokumen asli atau fotocopy yang telah
dilegalisir.
3. Terjemahan
Dokumen ke dalam Bahasa Jerman. Semua dokumen-dokumen sebagaimana dijelaskan
dalam poin 2) harus diterjemahkan ke dalam Bahasa Jerman oleh penerjeman yang
diakui oleh Kedutaan Jerman di Jakarta.
4. Paspor+Visa.
Untuk bisa menempuh pendidikan di Jerman, seorang calon diwajibkan memiliki
Student Visa yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar Jerman di Jakarta. Jangan
sekali-kali datang dengan menggunakan Tourist Visa, karena dengan visa ini
tidak akan bisa dikonversi menjadi visa ijin tinggal.
5. Uang
Jaminan. Untuk bisa mendapatkan Visa di Keditaan Jerman di Jakarta, seorang
calon mahasiswa diminta menyiapkan Uang Jaminan di Bank (di Indonesia) yang
akan ditransfer setiap bulan ke Jerman untuk biaya hidup. Jumlah uang jaminan
berbeda-beda tegantung tujuan studi masing-masing calon, tetapi jumlah minimal
untuk hidup satu tahun sekitar 6000 Euro. (Confirm ke kedutaan Jerman di
Jakarta!)
6. Biaya
Lainnya. Selain Uang Jaminan, calon mahasiswa juga harus menyiapkan keperluan
lainnya seperti biaya pembuatan visa, biaya ticket dll.
Selain poin 1) – 5) sebagaimana telah disebutkan diatas, setiap
calon mahasiswa harus sadar betul bahwa sistem pendidikan dan kehidupan di
Jerman sangat jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia. Untuk itu, setiap
calon harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menghadapi culture shock
khususnya pada tahun-tahun pertama di Jerman. Tidak jarang dijumpai adanya
calon mahasiswa yang hanya bertahan 2 – 3 bulan karena tidak sanggup menghadapi
hal ini.
Beberapa gambaran kecil bias digambarkan disini, diantaranya:
·
Pendidikan di Jerman dicirikan dengan kemandiriannya yang luar
biasa. Guru dan dosen tidak akan memaksa siswa untuk melakukan ini-itu, tetapi
siswa sendiri lah yang harus aktif memutuskan sendiri apa yang akan
dilakukan.
·
Di Jerman setiap orang harus melakukan segala sesuatunya
sendiri, dan tidak bisa menggantungkan ke orang lain. Mulai dari masak, cuci
piring dan baju dll semua harus dilakukan sendiri.
·
Selama sekolah di Jerman, kita akan dipaksa banyak jalan kaki.
Perjalanan dari rumah ke stasiun kereta atau bus, juga dari satu gedung ke
gedung kampus lainnya. Bagi yang terbiasa naik mobil-motor atau yang terbiasa
kemana-mana diantar sopir, kondisi ini bisa terasa cukup berat
Informasi Khusus bagi
lulusan SLTA
Bagi lulusan SLTA di Indonesia akan diwajibkan untuk mengikuti
jenjang Studienkolleg terlebih dahulu (Lihat Studienkolleg).
Untuk bisa mengikuti program Studienkolleg, seorang calon diwajibkan memiliki Student Visa yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar Jerman di Jakarta. Jangan sekali-kali datang dengan menggunakan Tourist Visa, karena dengan visa ini tidak akan bisa dikonversi menjadi visa ijin tinggal. Selain itu disyaratkan pula kemampuan berbahasa Jerman minimal pada level Mittelstufe 2. Persyaratan selengkapnya bisa dilihat di Persyaratan Studienkolleg.
Secara umum pendaftaran Studienkolleg ditutup tanggal 15 Juli untuk periode musim dingin (WS) atau tanggal 15 Januari untuk periode musim panas (SS). Akan tetapi ada beberapa Universitas yang memberlakukan jadwal khusus diantaranya:
FU Berlin 15 April dan 15 Oktober
Uni Aachen, Bochum, Köln, Bonn dan Münster 15 Mei dan 31 Oktober
Uni Hamburg 31 Maret dan 30 September
Uni Kaiserslautern, Mainz dan Saarbrücken 30 April dan 31 Oktober
Pemilihan Studienkolleg sangat tergantung dari jurusan dan UNI
atau FH yang akan dipilih nantinya. Bagi yang akan meneruskan ke Universitas,
maka ia harus mengambil studienkolleg di UNI, sedangkan bagi yang akan
meneruskan ke Fachhochschule, maka ia bisa mengambil Studienkolleg dimana saja.
Informasi selengkapnya bisa dilihat di Studienkolleg.
Memilih UNI atau FH serta Jurusan
Yang seringkali menjadi permasalahan adalah memilih antara UNI
dan FH. Banyak calon mahasiswa yang masih bingung diantara keduanya, dan
akhirnya memilih hanya mengikuti teman-temannya. Demikian juga dengan proses
pemilihan jurusan.
Hal ini seyogyanya dihindari karena sebenarnya setiap orang memiliki bakat dan kemampuan sendiri-sendiri. Kuliah di UNI akan banyak teori (60%) dan hanya sedikit praktek (40%). Sebaliknya kuliah di FH akan lebih banyak praktek (60%) dibandingkan teori (40%). Sering ada kasus seseorang memaksakan diri masuk ke UNI, padahal setelah beberapa waktu disadari bahwa ia tidak suka dengan teori-teori. Pada akhirnya ia minta pindah ke FH dan tentu saja ia kehilangan banyak waktu untuk itu.
Sebaliknya, banyak pula mahasiswa yang memilih jurusan karena ikut-ikutan atau karena jurusan tersebut punya nama yang mentereng. Hal demikian juga sangat berbahaya. Kuliah akan makan waktu bertahun-tahun, sehingga kalau seseorang tidak menikmati, maka hasilnya tidak akan maksimal atau bahkan terpaksa gagal di tengah jalan.
Oleh karena itu setiap calon mahasiswa harus memperhatikan benar-benar kemana minat, bakat dan kemampuannya, sehingga tidak timbul penyesalan di belakang hari.
Informasi Khusus bagi
Lulusan S1
Bagi lulusan Sarjana dari Indonesia, beberapa informasi berikut
sangat penting untuk diperhatikan, siantaranya:
1. Persyaratan
Bahasa. Bahasa Jerman mutlak diperlukan karena komunikasi sehari-hari bisa dikatakan
100% menggunakan Bahasa Jerman. Bahasa Inggris memang bisa digunakan, tetapi
bagaimanapun Bahasa Jerman tidak bisa ditinggalkan. Kalaupun seseorang akan
mengambil program berbahasa Inggris, tetap saja kepadanya sangat dianjurkan
untuk menguasai Bahasa Jerman, paling tidak untuk komunikasi sehari-hari. Tanpa
penguasaan Bahasa Jerman yang memadai, kehidupan sehari-hari akan terasa sulit
dan dikhawatirkan bisa mempengaruhi prestasi belajar nantinya.
2. Proses
Annerkennung. Annerkennung adalah proses persamaan Ijazah Indonesia dengan
Jerman. Tidak ada patokan pasti untuk itu, karena setiap universitas memiliki
otonomi dan kewenangan sendiri-sendiri. Hasilnya akan sangat tergantung dari
universitas asal tempat ia memperoleh gelar kesarjanaan dan universitas mana
yang akan ia tuju untuk melanjutkan belajar. Akan tetapi biasanya sarjana S1
Indonesia akan disetarakan dengan Vordiplom Jerman, dan kepadanya langsung bisa
mengikuti pendidikan Diplom mulai semester 5 atau 6. Beberapa universitas
Jerman bahkan memberikan kesempatan kepada sang calon untuk mengikuti 2-3 mata
ujian dan kalau lulus langsung disetarakan dengan Diplom
Jerman.
3. Memilih
Diplom atau Master. Bagi calon mahasiswa yang telah memiliki gelar S1 dari
Indonesia, maka kepadanya ada pilihan untuk memilih Diplom (Program Klasik)
atau Master (Program Baru). Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Program Diplom sampai saat ini diyakini lebih baik oleh mayoritas orang Jerman, karena sejarahnya yang telah lama dan teruji. Oleh karenanya bagi mereka yang nantinya ingin bekerja di Jerman, maka pilihan Diplom barangkali lebih cocok. Akan tetapi bagi yang ingin kembali ke tanah air program Diplom barangkali tidak terlalu cocok. Oleh Pemerintah Indonesia (DIKTI) gelar Diplom tidak disetarakan dengan Master, tetapi lebih rendah dari itu. Diplom UNI disetarakan dengan S1+ sedangkan Diplom FH disetarakan dengan DIV. Hal ini tentu tidak terlalu nyaman, karena setelah menempun pendidikan lanjutan selama 3 tahunan, gelar Diplom yang diperoleh masih saja setara dengan sarjana Indonesia. Selain itu program Diplom 100% masih menggunakan Bahasa Jerman sehingga tingkat kesulitan bahasa bisa dikatakan sangat tingi.
Sebaliknya Program Master adalah program baru yang akan diterapkan penuh mulai tahun 2010 (lihat Jenjang Pendidikan Bachelor-Master!). Oleh karenanya, ke depan nanti program inilah yang akan lebih diperhatikan. Selain itu masih ada pula kelebihan lain dari Program Master (dibanding Diplom), diantaranya:
Program Diplom sampai saat ini diyakini lebih baik oleh mayoritas orang Jerman, karena sejarahnya yang telah lama dan teruji. Oleh karenanya bagi mereka yang nantinya ingin bekerja di Jerman, maka pilihan Diplom barangkali lebih cocok. Akan tetapi bagi yang ingin kembali ke tanah air program Diplom barangkali tidak terlalu cocok. Oleh Pemerintah Indonesia (DIKTI) gelar Diplom tidak disetarakan dengan Master, tetapi lebih rendah dari itu. Diplom UNI disetarakan dengan S1+ sedangkan Diplom FH disetarakan dengan DIV. Hal ini tentu tidak terlalu nyaman, karena setelah menempun pendidikan lanjutan selama 3 tahunan, gelar Diplom yang diperoleh masih saja setara dengan sarjana Indonesia. Selain itu program Diplom 100% masih menggunakan Bahasa Jerman sehingga tingkat kesulitan bahasa bisa dikatakan sangat tingi.
Sebaliknya Program Master adalah program baru yang akan diterapkan penuh mulai tahun 2010 (lihat Jenjang Pendidikan Bachelor-Master!). Oleh karenanya, ke depan nanti program inilah yang akan lebih diperhatikan. Selain itu masih ada pula kelebihan lain dari Program Master (dibanding Diplom), diantaranya:
o Sarjana
S1 Indonesia disetarakan dengan Bachelor dari Negara lainnya, sehingga bias
langsung masuk ke jenjang Master. Oleh karenanya, dalam 2 tahun gelar Master
sudah bias diperoleh.
o Gelar
Master Jerman bisa langsung disetarakan dengan Magister (S2)
Indonesia.
o Banyak
program Master di Jerman yang diberikan dalam Bahasa Inggris, atau minimal
kombinasi antara Bahasa Inggris dan Jerman, sehingga kesulitan bahasa bisa
dikatakan lebih kecil.
o Lulusan
Master (khususnya dari UNI) juga bisa langsung melanjutkan ke jenjang doktor di
Jerman sebagaimana lulusan Diplom. Selain itu, lulusan Master juga bisa
melanjutkan ke program doktor di Indonesia maupun Negara-negara lainnya di
seluruh dunia.
Oleh karena itu bagi mereka-mereka yang ingin pulang ke tanah
air setelah lulus atau ingin terus melanjutkan studi ke jenjang doktor,
barangkali program Master ini lebih disarankan.
Informasi bagi Lulusan S2 yang akan melanjutkan ke Program Doktor
Bagi lulusan Magister (S2) Indonesia yang akan melanjutkan
program Doktor, informasi-informasi penting berikut barangkali bisa sangat
membantu:
1. Persyaratan
Bahasa. Bahasa Jerman mutlak diperlukan karena komunikasi sehari-hari bisa
dikatakan 100% menggunakan Bahasa Jerman. Bahasa Inggris memang bisa digunakan,
tetapi bagaimanapun Bahasa Jerman tidak bisa ditinggalkan. Disertasi doktor di
banyak universitas bisa ditulis dalam Bahasa Inggris, tetapi ada beberapa yang
masih mensyaratkan dalam Bahasa Jerman. Selain itu, banyak pula professor yang
lebih senang kalau doktorandnya menulis disertasi dalam Bahasa Jerman, karena
proses pembimbingan dan koreksi disertasi bisa berjalan lebih baik. Selain itu,
di semua institut dilaksanakan seminar secara reguler dan sebagian besar
presentasi disajikan dalam Bahasa Jerman. Oleh karena itu, kemampuan Bahasa
Jerman mutlak diperlukan untuk bisa mengikuti jalannya
seminar.
2. Proses
Annerkennung. Annerkennung adalah proses persamaan Ijazah Indonesia dengan
Jerman. Tidak ada patokan pasti untuk itu, karena setiap universitas memiliki
otonomi dan kewenangan sendiri-sendiri. Hasilnya akan sangat tergantung dari
universitas asal tempat ia memperoleh gelar kesarjanaan dan universitas mana
yang akan ia tuju untuk melanjutkan belajar. Dalam banyak kasus sarjana S2
Indonesia telah disetarakan dengan Diplom Jerman sehingga bisa langsung lanjut
ke program doktor. Akan tetapi banyak pula universitas yang mensyaratkan
pemegang gelar S2 dari Indonesia untuk mengikuti proses Annerkennung dengan
mengikuti 2-3 mata ujian dan kalau lulus langsung baru bisa melanjutkan ke
program Doktor. Bagi mereka-mereka yang gelar S1 dan S2-nya diperoleh dari
jurusan yang berbeda, maka proses Annerkennung akan menjadi jauh lebih rumit
dan makan waktu. Beberapa calon mahasiswa akhirnya tidak sabar dan memilih
mengundurkan diri dan melanjutkan program doktor di negara lain.Dalam kaitan
dengan penyetaraan Ijazah S2 ini, telah ada penjanjian informal antara
pemerintah Jerman dan Indonesia pada tahun 1992. Akan tetapi penjanjian ini
memang tidak mengatur secara tegas akan hal ini, dan keputusan akhirnya
diserahkan ke universitas masing-masing.
3. Program
Doktor Jerman dan Indonesia. Ada perbedaan mendasar antara pendidikan doktor di
Jerman dan di Indonesia. Di Indonesia pendidikan doktor pada umumnya dimulai
dengan proses perkuliahan selama 3-4 semester dan setelah itu mahasiswa
diwajibkan menempuh ujian prelim. Setelah lulus prelim barulah mahasiswa ulai
melakukan penelitian untuk disertasinya. Sebaliknya, pendidikan doktor di
Jerman tidak mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti perkuliahan secara regular
tetapi langsung melakukan penelitian. Penelitian telah bisa dilakukan sejak dia
terdaftar sebagai mahasiswa program doktor. Mahasiswa pun dipersilahkan untuk
mengikuti perkuliahan apa saja dan dimana saja sesuai dengan kebutuhannya. Bisa
saja seorang mahasiswa mengambil perkuliahan di universitas lain atau bahkan di
Negara lain.
4. Tips
Memilih Universitas. Di Mata orang-orang Indonesia, nama RWTH Aachen sangat
terkenal dan dianggap paling baik. Akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya benar
dan lebih dikarenakan oleh figure Prof. B.J. Habibie yang memang lulusan dari
Aachen.
Perlu diketahui bahwa hampir semua universitas di Jerman adalah Universitas Negeri yang dijamin oleh pemerintah, sehingga kualitas antar perguruan tinggi bisa dikatakan sangat merata. Keunggulan suatu institusi tidak tergantung oleh universitasnya, tetapi lebih ditentukan oleh Jurusan (Lehrstuhl) beserta professor dan para stafnya. Kualitas tiap-tiap jurusan bisa dilihat dari publikasi masing-masing. Semakin banyak publikasi, maka kualitasnya akan semakin bagus. Selain itu, majalah Stern bekerjasama dengan Centrum für Hochschulentwicklung (CHE) juga menyelenggarakan survei untuk menentukan peringkat Universitas setiap tahun dan hasilnya bisa dilihat di www.che.de.
Selain itu ada kepercayaan yang diyakini oleh sebagian orang bahwa universitas di wilayah selatan lebih hebat dan karenanya lebih sulit untuk masuk kesana. Hal ini juga sama sekali tidak benar. Fakta menunjukkan bahwa baik di wilayah selatan maupun utara banyak universitas yang masuk peringkat utama. Banyak pula doktorand asal Indonesia yang lebih mudah masuk ke dan lulus dari universitas bagian selatan dibandingkan dengan universitas bagian utara.
Perlu diketahui bahwa hampir semua universitas di Jerman adalah Universitas Negeri yang dijamin oleh pemerintah, sehingga kualitas antar perguruan tinggi bisa dikatakan sangat merata. Keunggulan suatu institusi tidak tergantung oleh universitasnya, tetapi lebih ditentukan oleh Jurusan (Lehrstuhl) beserta professor dan para stafnya. Kualitas tiap-tiap jurusan bisa dilihat dari publikasi masing-masing. Semakin banyak publikasi, maka kualitasnya akan semakin bagus. Selain itu, majalah Stern bekerjasama dengan Centrum für Hochschulentwicklung (CHE) juga menyelenggarakan survei untuk menentukan peringkat Universitas setiap tahun dan hasilnya bisa dilihat di www.che.de.
Selain itu ada kepercayaan yang diyakini oleh sebagian orang bahwa universitas di wilayah selatan lebih hebat dan karenanya lebih sulit untuk masuk kesana. Hal ini juga sama sekali tidak benar. Fakta menunjukkan bahwa baik di wilayah selatan maupun utara banyak universitas yang masuk peringkat utama. Banyak pula doktorand asal Indonesia yang lebih mudah masuk ke dan lulus dari universitas bagian selatan dibandingkan dengan universitas bagian utara.
5. Mencari
kontak Professor. Untuk memilih institusi dan professor calon pembimbing,
sangat disarankan setiap calon mahasiswa untuk memanfaatkan fasilitas internet.
Semua informasi terkini dari tiap-tiap institusi selalu diperbaharui dari waktu
ke waktu. Selain itu, sangat disarankan untuk memilih pembimbing yang pernah
membimbing orang Indonesia (atau mnimal orang asing) karena biasanya mereka
lebih bisa mengerti kesulitan-kesulitan mahasiswa asing. Karena itu, menjalin
kontak dengan doktorand Indonesian yang ada di Jerman atau dengan alumni-alumni
Jerman juga sangat dianjurkan.
6. Apa dan
bagaimana menulis disertasi. Menulis disertasi bukanlah pekerjaan yang mudah,
karena disertasi haruslah memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Ada dua aliran yang utama yang menjelaskan apa sebenarnya disertasi.
Pertama, penelitian disertasi adalah merupakan penelitian yang “big bang” dan seyogyanya menghasilkan sesuatu yang fenomental. Akan tetapi pada kenyataannya hanya sedikit sekali disertasi yang menghasilkan sesuatu yang sangat fenomental.
Kedua, yang banyak dijumpai pada sebagian disertasi yang ada, penelitian disertasi adalah kumpulan dari tiga sampai empat penelitian dalam satu kesatuan, yang masing-masing bisa menghasilkan artkel setara satu paper pada journal ilmiah. Oleh karenanya, satu disertasi kira-kira setara dengan 3 – 4 paper journal yang kemudian digabungkan satu sama lain menjadi satu kesatuan (Cek ke buku "How to get a PhD").
Perkembangan dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa aliran kedua lah yang lebih berkembang di masyarakat ilmuah. Karenanya, pendidikan doktor adalah jenjang pendidikan untuk melatih seseorang sehingga ia siap masuk ke dunia riset.
Untuk bisa menulis disertasi, tahap pertama seseorang harus memutuskan dulu pada thema mana ia akan bekerja. Tahapan ini adalah tahapan yang sangat crusial, karena disini seseorang harus bisa merumuskan permasalahan yang akan dipecahkan, serta menemukan metodologi terbaik yang cocok digunakan. Keberhasilan pada tahap ini akan sangat penting bagi tahapan-tahapan selanjutnya, karena apabila semua ini telah bisa diformulasikan, maka pada hakekatnya 40% penelitian disertasi telah bisa diselesaikan.
Ada dua aliran yang utama yang menjelaskan apa sebenarnya disertasi.
Pertama, penelitian disertasi adalah merupakan penelitian yang “big bang” dan seyogyanya menghasilkan sesuatu yang fenomental. Akan tetapi pada kenyataannya hanya sedikit sekali disertasi yang menghasilkan sesuatu yang sangat fenomental.
Kedua, yang banyak dijumpai pada sebagian disertasi yang ada, penelitian disertasi adalah kumpulan dari tiga sampai empat penelitian dalam satu kesatuan, yang masing-masing bisa menghasilkan artkel setara satu paper pada journal ilmiah. Oleh karenanya, satu disertasi kira-kira setara dengan 3 – 4 paper journal yang kemudian digabungkan satu sama lain menjadi satu kesatuan (Cek ke buku "How to get a PhD").
Perkembangan dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa aliran kedua lah yang lebih berkembang di masyarakat ilmuah. Karenanya, pendidikan doktor adalah jenjang pendidikan untuk melatih seseorang sehingga ia siap masuk ke dunia riset.
Untuk bisa menulis disertasi, tahap pertama seseorang harus memutuskan dulu pada thema mana ia akan bekerja. Tahapan ini adalah tahapan yang sangat crusial, karena disini seseorang harus bisa merumuskan permasalahan yang akan dipecahkan, serta menemukan metodologi terbaik yang cocok digunakan. Keberhasilan pada tahap ini akan sangat penting bagi tahapan-tahapan selanjutnya, karena apabila semua ini telah bisa diformulasikan, maka pada hakekatnya 40% penelitian disertasi telah bisa diselesaikan.
7. Publikasi.
Selama menempuh program doktor, semua mahasiswa diwajibkan untuk
mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya melalui berbagai media. Publikasi
yang rutin dilakukan adalah seminar di lingkungan sendiri dengan melakukan
presentasi rutin tiap semester. Dalam kesempatan ini, mahasiswa akan
mendapatkan masukan-masukan dari professor-professor, asisten professor serta
doktorand lain dalam satu institute. Selain itu sangat disarankan pula kepada
setiap doktorand untuk mempublikasikannya dalam konferensi-konferensi nasional
dan internasional maupun mempublikasikannya di journal-journal ilmiah.
Publikasi pada konferensi serta journal internasional memang tidak diharuskan,
tetapi hal ini akan sangat membantu dalam proses kelulusan nantinya. Jika
seseorang telah banyak menyajikan makalahnya dalam konferensi internasional
atau mempublikasikan papernya di journal ilmiah, maka ia akan memperoleh nilai
lebih sehingga proses kelulusan akan jauh lebih mudah.
Mitos-mitos tentang Studi di Jerman
Berkaitan dengan studi di Jerman, banyak orang meyakini
mitos-mitos tertentu yang cenderung menyesatkan. Beberapa diantara mitos-mitos
tersebut diantaranya:
1. Hidup
di Jerman serba enak dan mudah. Hal ini tidak selamanya benar. Memang benar
bahwa Jerman adalah negara maju yang hidupnya serba makmur dan teratur. Akan
tetapi tidak berarti bahwa mahasiswa hidup enak-enak. Disini mahasiswa justru
dituntut untuk bekerja keras dan mandiri. Hal ini bisa sangat berat, khususnya
bagi calon mahasiswa yang terbiasa hidup serba enak di Indonesia. Tidak ada
lagi supir dan pembantu yang siap mengerjakan apa yang kita minta. Tidak ada
lagi mobil serta fasilitas lainnya yang selama di Indonesia barangkali dengan
mudah bisa didapatkan. Benar bahwa kuliah di Jerman serba bebas, akan tetapi
kebebasan ini juga bisa berakibat fatal bila mahasiswa tidak bisa
mendisiplinkan diri sendiri.
2. Kuliah
di Jerman Gratis. Ini juga tidak selamanya benar. Benar bahwa kuliah di Jerman
sangat murah. Di Berlin-Brandenburg misalnya, mahasiswa hanya membayar sekitar
150 – 200 Euro (sekitar Rp 1,5 sampai Rp 2 juta) per semester. Ini pun sudah
termasuk biaya transportasi (semester ticket) yang bisa dpakai untuk naik bis,
kereta, U-Bahn, S-Bahn serta Tram selama satu semester penuh. Kuliah di PTN di
Indonesia bisa jadi biayanya jauh lebih mahal. Akan tetapi bagi mereka yang
melewati batas waktu yang ditetapkan, maka mahasiswa akan diminta membayar
biaya kuliah antara 500 – 1000 Euro.
Selain itu saat ini sedang ada diskusi publik tentang perlu tidaknya menarik uang kuliah dari mahasiswa. Sampai saat ini keputusan belum ada, tetapi nampaknya kecenderungan mahasiswa akan diminta membayar biaya kuliah meskipun tidak terlalu besar.
Selain itu saat ini sedang ada diskusi publik tentang perlu tidaknya menarik uang kuliah dari mahasiswa. Sampai saat ini keputusan belum ada, tetapi nampaknya kecenderungan mahasiswa akan diminta membayar biaya kuliah meskipun tidak terlalu besar.
3. Kuliah
bisa sambil Kerja. Benar semua mahasiswa di Jerman (termasuk mahasiswa asing)
diijinkan untuk bekerja selama 3 bulan dalam setahun. Dengan bekerja 3 bulan
dalam setahun, pengalaman menunjukkan bahwa hasilnya sudah bisa dipakai untuk
mencukupi biaya hidup minimal selama setahun.
Akan tetapi bekerja sambil kuliah menyimpan persoalan yang sangat besar. Seringkali mahasiswa terlena karena mendapatkan uang yang cukup besar (apalagi kalau dinilai dalam rupiah!) dan cenderung menomerduakan kuliah. Akibatnya kuliah tertunda-tunda dan tanpa terasa waktu kuliah telah habis. Kalau ini terjadi, maka ancamannya adalah terpaksa pulang tanpa gelar karena ijin tinggal sudah habis dan tidak bisa diperpanjang lagi. Kalau belajar dinomerduakan, bisa jadi mahasiswa gagal ujian 3 kali pada mata kuliah yang sama. Kalau ini terjadi, secara otomatis ia akan dikeluarkan (DO) tanpa bisa pindah kemanapun di seluruh Jerman.
Akan tetapi bekerja sambil kuliah menyimpan persoalan yang sangat besar. Seringkali mahasiswa terlena karena mendapatkan uang yang cukup besar (apalagi kalau dinilai dalam rupiah!) dan cenderung menomerduakan kuliah. Akibatnya kuliah tertunda-tunda dan tanpa terasa waktu kuliah telah habis. Kalau ini terjadi, maka ancamannya adalah terpaksa pulang tanpa gelar karena ijin tinggal sudah habis dan tidak bisa diperpanjang lagi. Kalau belajar dinomerduakan, bisa jadi mahasiswa gagal ujian 3 kali pada mata kuliah yang sama. Kalau ini terjadi, secara otomatis ia akan dikeluarkan (DO) tanpa bisa pindah kemanapun di seluruh Jerman.
4. Kuliah
di Jerman sulit dan makan waktu lama. Pandangan ini juga tidak benar dan cenderung
menyesatkan. Pada kenyataannya banyak mahasiswa Indonesia yang berprestasi
sangat bagus dan mampu menyelesaikan studinya dalam waktu singkat. Bahkan
banyak diantaranya yang langsung mendapatkan kesempatan untuk mengambil program
doktor atau langsung bekerja di Jerman. Sebaliknya, banyak pula yang
terkatung-katung dan bahkan gagal di dalam studinya. Beberapa alasan utama
kegagalan tersebut diantaranya:
o Ketidakcocokan
tempat studi. Bisa jadi sang mahasiswa salah dalam memilih UNI atau FH, atau salah
memilih jurusan. Ini banyak dialami oleh mereka-mereka yang memilih hanya
sekedar ikut-ikutan. Untuk itu, setiap mahasiswa hendaknya memilih jurusan
sesuai dengan bakat dan kemampuan yang
dimilikinya.
o Terlena
karena sibuk bekerja. Banyak mahasiswa yang terlalu banyak bekerja karena
berbagai alasan, sehingga kuliahnya terbengkalai. Bekerja tentu saja boleh
untuk meringankan beban keluarga di Indonesia. Akan tetapi menomorduakan kuliah
tentu tidak boleh terjadi. Bagaimanapun sejak awal mahasiswa berkeinginan untuk
sekolah, sehingga kuliah tetaplah harus menjadi tujuan
utama.
o Kesulitan
Bahasa. Penguasaan Bahasa Jerman sangat mempengaruhi keberhasilan seorang
mahasiswa, khususnya untuk jenjang Diplom. Tanpa menguasai bahasa dengan baik,
akan sangat sulit bagi mahasiswa untuk bisa berprestasi maksimal. Ia akan
kesulitan mengungkapkan apa yang ada di pikirannya walaupun ia sebenarnya tahu
tentang itu. Ia juga akan sulit mengerjakan tugas-tugas hariannya. Karenanya,
penguasaan bahasa harus benar-benar diusahakan.
o Persoalan
Pribadi. Persoalan pribadi juga memegang peran sangat penting. Banyak sekali
yang terkait dengan hal ini, diantaranya masalah keuangan, masalah keluarga dan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Untuk mengatasi
masalah pribadi, seyogyanya setiap mahasiswa Indonesia tetap menjalin kontak
yang baik dengan mahasiswa Indonesia lainnya. Dalam banyak kasus, keberadaan
teman untuk bertukar pikiran akan sangat meringankan beban yang dihadapi. Akan
tetapi tidak bijaksana pula kalau seseorang hanya bergaul dengan orang
Indonesia saja, karena dengan demikian kemampuan bahasanya tidak akan pernah
berkembang.
5. UNI dan
FH, mana yang lebih baik? Sebagian orang menganggap UNI lebih baik dan sebagian
lainnya menganggap FH lebih baik. Alumni UNI akan cenderung mengatakan bahwa
UNI lebih baik, sedangkan alumni FH akan cenderung mengatakan bahwa FH lebih
baik. Hal ini sepenuhnya bisa dimengerti karena mereka dididik disana dan
mengetahui lebih banyak tentang institusinya. Akan tetapi pilihan terbaik
antara UNI dan FH akan sangat tergantung pada bakat, minat dan kemampuan serta
jenis pekerjaan yang diminati oleh individu masing-masing.
Comments
Post a Comment